Selasa, 19 Mei 2015

MAKALAH STRATEGI PEMASARAN RITEL



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
         Bisnis ritel merupakan keseluruhan aktivitas bisnis yang terkait dengan penjualan dan pemberian layanan kepada masyarakat sebagai pelaku konsumen untuk penggunaan yang sifatnya individu sebagai pribadi maupun keluarga. Keberhasilan pasar ritel yang kompetitif, pelaku ritel harus dapat menawarkan produk yang tepat, dengan harga, waktu dan tempat yang tepat pula. Oleh karena itu, pemahaman terhadap pelaku ritel terhadap karakteristik target pasar atau konsumen yang akan dilayani merupakan hal yang sangat penting. Dalam operasionalnya pelaku ritel menjalankan beberapa fungsi antara lain membantu konsumen dalam menyediakan berbagai produk dan jasa. Menjalankan fungsi memecah maupun menambah nilai produk, secara keseluruhan pengelola bisnis ritel membutuhkan implementasi fungsi-fungsi manajemen secara terintegrasi baik fungsi keuangan, pemasaran, sumber daya manusia, maupun operasional. Sehingga pelaku ritel dapat memahami secara penuh tentang lingkup bisnis ritelnya.
            Industri ritel semakin berubah seiring dengan perubahan teknologi, perkembangan dunia usaha serta kebutuhan konsumen. Siap atau tidak, ritel di Indonesia akan menghadapi persaingan yang demikian sengit. Apalagi dengan semakin maraknya rite lasing di Indonesia yang punya kekuatan merek dan dana yang tak terbatas. Oleh karenanya ritel di Indonesia perlu mewaspadai atau memahami berbagai tren yang akan terjadi pada dunia ritel di masa depan.

1.2       Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Strategi Pemasaran Ritel?
2.      Bagaimana strategi pemasaran ritel yang dilakukan oleh Wa-Mart?


BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Pengertian Ritel
            Perdagangan eceran atau sekarang kerap di sebut dengan perdagangan ritel, bahkan disingkat menjadi bisnis ritel. Menurut Hendri Ma’ruf (2005:7) “Bisnis ritel adalah kegiatan usaha menjual barang atau jasa pada perorangan untuk keperluan sendiri, keluarga dan rumah tangga’.
            Kotler (2002:274) yang dialih bahasakan oleh AB Susanto mendefinisikan “Penjualan eceran adalah meliputi semua kegiatan yang melibatkan dalam semua penjualan barang dan jasa secara langsung ke konsumen akhir untuk penggunaan pribadi bukan bisnis”. Ritel merupakan rantai yang penting dari saluran distribusi yang menghubungkan keseluruhan dari bisnis dan orang-orang yang mencakup perpindahan secara fisik dan transfer kepemilikan barang atau jasa dari produsen kepada konsumen. Sedangkan menurut Djasmin Saladin (2006:163) “Penjualan eceran adalah meliputi semua aktifitas yang melibatkan penjualan barang dan jasa pada konsumen akhir untuk dipergunakan yang sifatnya pribadi dan bukan bisnis”.
            Menurut Hendri Ma’ruf (2005) “Bauran eceran adalah kombinasi dari faktor-faktor ritel yang dipergunakan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan dan memengaruhi keputusan mereka untuk membeli”. Faktor-faktor tersebut adalah lokasi, barang dagangan, harga, promosi, pelayanan dan suasana toko.
            Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa usaha eceran (ritel) merupakan aktifitas penjualan barang dan jasa yang langsung kepada konsumen akhir dan bukan untuk dijual kembali.

2.2 Fungsi Ritel
     Dalam suatu saluran distribusi, pengecer memainkan peranan penting sebagai penengah antara produsen, agen dan para supplier dengan konsumen akhir. Pengecer mengumpulkan semua jenis barang dan jasa yang beragam memungkinkan para konsumen dapat memilih dan membeli berbagai variasi produk dengan jumlah yang mereka inginkan. Ada empat fungsi utama pedagang eceran yaitu:
1.      Perantara antara distributor dengan konsumen akhir.
2.      Penghimpun berbagai kategori jenis barang yang menjadi kebutuhan konsumen.
3.      Tempat rujukan untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan konsumen.
4.      Penetuan eksistensi barang dari manufaktur di pasar konsumen.

2.3  Jenis-jenis Ritel
       Menurut Hendri Ma’ruf (2005:74) menyatakan jenis-jenis gerai modern adalah:
1.      Minimarket: toko yang relatif kecil yang menjual barang kebutuhan sehari-hari, biasanya berukuran antara 50 m sampai 200 m.
2.      Convenience Store: toko yang mirip minimarket dalam hal produk yang dijual, tetapi berbeda dalam harga, jam buka, luas ruang dan lokasi.
3.      Speciality Store: toko yang menyediakan pilihan produk yang lengkap hingga konsumen tidak harus mencari lagi toko lain, keragaman produk disertai harga yang bervariasidari yang terjangkau hingga yang premium membuat Speciality Store unggul.
4.      Fectory Outlet: toko yang menjual produk-produk ekspor yang masih layak untuk dijual.
5.      Distro atau Distribution Outlet: toko yang menjual produk-produk yang memiliki merk sendiri.
6.      Supermarket: toko yang menjual produk-produk kebutuhan sehari-hari dengan ukuran lebih besar dari minimarket.
7.      Departemen Store: toko yang berukuran sangat besar dan menjual produk-produk kebutuhan sehari-hari, rumah tangga bahkan non pangan.

2.4  Manajemen Strategi Untuk Pemasaran Ritel
       Industri ritel terus berubah seiring dengan perubahan teknologi, perkembangan dunia usaha serta kebutuhan konsumen. Bisnis ritel adalah keseluruhan aktifitas bisnis yang terkait dengan penjualan dan pemberian layanan kepada konsumen untuk penggunaan yang sifatnya individu sebagai pribadi maupun keluarga. Agar berhasil dalam pasar ritel yang kompetitif, pelaku ritel harus dapat menawarkan produk yang tepat, harga yang tepat, waktu dan tempat yang tepat pula. Oleh karena itu, pemahaman terhadap pelaku ritel terhadap karakteristik target pasar atau konsumen yang akan dilayani merupakan hal yang sangat penting. Dalam operasionalnya pelaku ritel menjalankan beberapa fungsi antara lain membantu konsumen dalam menyediakan berbagai produk dan jasa. Menjalankan fungsi memecah maupun menambah nilai produk, secara keseluruhan pengelola bisnis ritel membutuhkan implementasi fungsi-fungsi manajemen secara terintegrasi baik fungsi keuangan, pemasaran, sumber daya manusia, maupun operasional.
            Sehingga pelaku ritel dapat memahami secara penuh tentang lingkup bisnis ritelnya, cara strategi pengembangannya dan memanajemen bisnisnya. Konsep Ritel adalah orientasi manajemen yang memfokuskan ritel dalam menentukan kebutuhan target pasar serta memenuhi kebutuhannya dengan lebih efektif dan efisien. Ritel yang berhasil harus memenuhi kebutuhan pelanggan pada segmen pasar yang dilayani secara lebih baik daripada yang dilakukan oleh pesaing. Tugas utama dalam mengembangkan bisnis ritel adalah menetapkan sasaran pasar, proses ini di awali dengan menetapkan segmentasi pasar. Prinsip dasar pada ritel modern yang terdiri dari 4P:
a.       Product (Produk)
Produk menurut Kotler dan Armstrong (200) adalah segala sesuatu yang di tawarkan kepasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Menurut Porter (1996) “Keunggulan suatu produk agar dapat diterima dan bertahan dipasar ditentukan oleh ciri-ciri khas atau keunikan produk tersebut dibandingkan dengan produk yang lain yang ada dipasar.
b.      Price (Harga)
Strategi dalam penetapan harga bias dilakukan dengan beberapa cara, misalnya: Harga building, harga predatory, harga berbasis kompetisi, harga cost plus, harga berorientasi pasar, harga premium, harga psikologis, harga dinamis (Kotler and Armstrong: 2010). Ada tiga pihak yang menjadi dasar pertimbangan dalam penetapan harga oleh sebuah perusahaan ritel yaitu: konsumen, dirinya sendiri dan pesaing. Menurut Ma’ruf (2005). Implementasi strategi harga antara lain:
·         Penetapan harga secara tetap untuk periode waktu tertentu dan harga yang di tetapkan secara variatif sesuai fluktuasi tingkat permintaan konsumen.
·         Penetapan harga ganjil seperti: Rp 99.000,-   Rp 199.000,-   Rp 749.000,-
·         Leader pricing, penetapan harga dimana profit marginnya lebih rendah daripada tingkat yang biasa diraih bertujuan untuk menarik konsumen yang lebih banyak.
·         Penetapan harga paket, yaitu harga yang didiskon untuk penjualan lebih dari satu unit per-itemnya.
·         Harga bertingkat, ini diberlakukan untuk produk yang mempunyai banyak model dan harga yang beragam.
c.       Promotion (Promosi)
Menurut philip Kotler (1997: 153) proses keputusan pembelian dipengaruhi oleh rangsangan pemasaran dan rangsangan lain. Bauran promosi yang meliputi periklanan (Advertising), penjualan pribadi (Personal Selling), hubungan masyarakat (Public Relation) dan publisitas (Publicity), promosi penjualan (Sales Promotion) dan pemasaran langsung (Direct marketing) adalah bagian dari rangsangan pemasaran yang merupakan variabel yang dapat di control oleh perusahaan. Menurut Schoell (1993: 424) “Tujuan promosi adalah memperoleh perhatian, mendidik, mengingatkan dan menyakinkan.

d.      Place (Tempat/Lokasi)
Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses menjadikan barang dan jasa siap digunakan atau dikonsumsi (Kotler: 2002). Menurut Losch, lokasi penjualan sangat berpengaruh terhadapa jumlah konsumen yang dapat digarapnya. Semakin jauh dari tempat penjual, konsumen semakin malas membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjual semakin mahal. Losch cenderung menyarankan agar lokasi produk berada dipasar atau dekat dengan pasar.
            Lokasi merupakan factor factor terpenting dalam pemasaran ritel. Pada lokasi yang tepat, sebuah gerai akan lebih sukses dibandingkan gerai lainnya yang berlokasi kurang strategis, meskipun keduanya menjual produk yang sama dengan pramuniaga yang sama terampilnya dan mempunyai citra toko yang bagus. Strategi pemasaran yang baik juga harus didukung dengan kualitas pelayanan yang baik. Menurut Christopher H. Lovelock et.al(1996) menyatakan bahwa kualitas pelayanan merupakan bentuk pelayanan yang harus disesuaikan dengan harapan dan kepuasan konsumen didalam memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Salah satu cara perusahaan untuktetpa dapat unggul bersaing dengan memberikan pelayanan dengan kualitas yang lebih tinggi dari pesaingnya secara konsisten. Harapan konsumen dibentuk oleh pengalaman masa lalunya, pembicaraan dari mulut kemulut serta promosi yang dilakukan kemudian dibandingkannya. Menurut Payne (2000) membentuk model kualitas pelayanan yang menyoroti syarat-syarat utama memberikan kulaitas pelayanan diantaranya adalah:
·         Kesenjangan antara harapan konsumen dengan persepsi manajemen
·         Kesenjangan antara persepsi manajemen terhadap harapan konsumen dengan spesifikasi terhadap kualitas pelayanan
·         Kesenjangan antara spesifikasi kualitas pelayanan dan penyampaian pelayanan
·         Kesenjangan antara pelayanan yang di sarankan dan pelayanan yang di harapkan

Menurut Zeithaml and Bitner (2003) “Kualitas pelayanan mencerminkan evaluasi persepsi konsumen tentang elemen-elemen jasa (Kualitas interaksi, kualitas lingkungan fisik dan kualitas hasil), kemudian elemen-elemen jasa akan dievaluasi berdasarkan dimensi kualitas pelayanan yangspesifik antara lain: Kehandalan, daya tangkap,  jaminan, kemudian dalam melakukan hubungan dan bukti langsung.
      Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam bisnis ritel untuk mengembangkan keunggulan bersaing adalah:
1.      Loyalitas konsumen
Loyalitas konsumen berarti kesetiaan konsumen utnuk berbelanja di lokasi ritel tertentu. Mempunyai kosnumen yang loyal adalah metode yang penting dalam mempertahankan keuntungan dari para pesaing, jika memiliki konsumen yang loyal berarti konsumen memiliki keengganan untuk menjadi pelanggan pada ritel-ritel pesaing.
2.      Program loyalitas
Program loyalitas adalah bagian dari keseluruhan manajemen hubungan antara konsumen, program ini sudah umum dijalankan dalam bisnis ritel, program loyalitas bekerja sama dengan manajemen hubungan pelanggan/Customer Relationship Marketing (CRM). Anggota anggota program loyalitas diketahui saat mereka membeli, karena mereka menggunakan beberapan tipe kartu loyalitas, informasi pembelian disimpan dalam database yang besar, dari database dapat diketahui jenis-jenisbarang apa yang dibeli oleh konsumen, dengan menggunakan cara ini pelaku ritel dapat menyesuaikan berbagai penawaran untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang loyal dengan baik. Beberapa pelaku ritel yang telah menggunakan program ini seperti: Alfa dengan AFC (Alfa Family Club), Carrefour dengan kartu belanja (KB) Carrefour, matahari dengan MMC (Matahari Club Card) dan masih banyak contoh lainnya.
3.      Lokasi
Lokasi adalah factor utama dalam pemilihan toko konsumen, ini juga keunggulan bersaing yang tidak mudah ditiru.contohnya: Starbucks: mereka menciptakan keberadaan pasar yang sulit untuk disaingi, Carrefour: mereka selalu menetukan lokasi yang strategis.
Pemilihan lokasi yang tepat mempunyai keuntungan yaitu:
·         Merupakan komiten sumber daya jangka panjang yang dapat mengurangi fleksibilitas masa depan ritel itu sendiri.
·         Lokasi akan mempengaruhi pertumbuhan bisnis ritel dimasa yang akan dating, area yang dipilih haruslah mampu untuk tumbuh dari segi ekonomi sehingga dapat mempertahanakan kelangsungan toko saat awal atupun masa yang akan dating.
Penentuan lokasi dapat dimulai dengan memilih komunitas, keputusan ini sangat bergantung pada potensi pertumbuhan ekonomi dan stabilitas maupun persaingan serta iklim politik. Selain itu juga geografis sangat menentukan.
4.      Manajemen Sumber Daya Manusia
Ritel adalah bisnis tenaga kerja intensif, para pegawai memiliki peranan penting dalam memberikan layanan pada konsumen dan membangun loyalitas konsumen.
5.      Sistem Distribusi Dan Informasi
Semua ritel berusaha untuk mengelola usaha secara efisien, mereka terus memenuhi kebutuhan konsumen dan pada saat yang memberi atau memutuskan untukmenggunakan kesempatan guna menarik perhatian konsumen dari para pesaing dengan menawarkan jasa, barang dan penyajian visual yang lebih baik.
6.      Barang-barang Unik
Mengembangkan merek-merek berlabel (Juga disebut merek-merek toko) yang merupakan produk-produk yang dikembangkan dan dipasarkan oleh ritel dan hanya tersedia dari ritel tersebut.
7.      Layanan konsumen
Dibutuhkan waktu dan usaha untuk membangun sebuah tradisi dan reputasi untuk layanan konsumen, karena layanan konsumen yang bagus merupakan asset strategis yang sangat berharga. Ritel yang berhasil harus memenuhi kebutuhan pelanggan pada segmen pasar yang dilayani secara lebih baik daripada yang dilakukan pesaing. Pasar ritel bukan merupakan tempat khusus dimana para pembeli dan penjual bertemu, tetapi sebagai kelompok konsumen dengan kebutuhan-kebutuhan yang sama (Segmen pasar) dan sekelompok ritel yang menggunakan format ritel yang sama untuk memenuhi kebutuhan konsumen tersebut. Pasar sasaran dalam ritel sering kali ditetapkan berdasarkan faktor demografis, geografis dan psikografis. Menetapkan pasar sasaran merupakan syarat untuk menetapkan strategi bauran ritel. Bauran ritel atau disebut dengan retail mix adalah kombinasi elemen-elemen produk, harga, lokasi, personalia, promosi dan presentasi atau tampilan untuk menjual barang dan jasa pada konsumen akhir yang menjadi target pasar.

2.5              Proses Pelaksanaan Strategi Wal-Mart

 

2.6              Analisis SWOT Wal-Mart

Analisis SWOT Wal-Mart 2013
Kekuatan
Kelemahan
  1. Skala Operasi
  2. Kompetensi dalam system informasi
  3. Berbagai macam produk
  4. Strategi kepemimpinan biaya
  5. Operasi International
  1. Tenaga kerja tuntutan hukum terkait
  2. Pergantian karyawan tinggi
  3. Sedikit diferensiasi
  4. Publisitas negatif
Peluang
Ancaman
  1. Pertumbuhan pasar ritel dipasar Negara berkembang
  2. Meningkatnya penerimaan label produk sendiri
  3. Kecenderungan makan sehat
  4. Pertumbuhan belanja online
  1. Meningkatnya persaingan
  2. Meningkatkan resistensi dari masyarakat lokal
  3. Kenaikan harga komoditas




Kekuatan
1.  Skala operasi. Walmart adalah peritel terbesar di dunia dengan lebih dari $ 400 miliar dalam pendapatan dan 10.130 toko. Itu membuat Walmart raksasa yang ada pengecer lain yang bisa cocok. Karena skala besar seperti operasi, perusahaan dapat menjalankan kekuasaan pembeli yang kuat pada pemasok untuk mengurangi harga. Hal ini juga dapat mencapai ekonomi yang lebih tinggi dari skala dari pesaing karena ukurannya. Ekonomi yang lebih tinggi dari hasil skala harga yang lebih rendah yang diteruskan ke konsumen.

2.      Kompetensi dalam sistem informasi. Korporasi mencapai penghematan biaya yang signifikan karena sistem informasi yang luas yang melacak pesanan, tingkat persediaan, penjualan dan informasi terkait lainnya secara real time. Semua informasi ini dapat langsung diakses, dianalisis dan keputusan yang dibuat di setiap toko. Manajemen yang efektif dari rantai pasokan dan logistik merupakan salah satu faktor yang paling penting untuk keberhasilan Walmart.

3.    Wide berbagai produk. Walmart dapat menawarkan berbagai jenis produk dari pengecer lain. Menjual kelontong, hiburan, kesehatan dan kesejahteraan, pakaian dan produk rumah terkait antara banyak kategori lain dan menawarkan barang label bermerek dan sendiri. Berbagai produk menarik lebih banyak pelanggan ke toko Walmart.

4.      Biaya. Strategi ini telah membantu Walmart untuk menjadi pemimpin murah di pasar ritel. Strategi ini membutuhkan menjual produk semut harga serendah mungkin dan memberikan layanan tidak ada frill untuk mencapai ekonomi yang lebih tinggi dari skala dan menarik massa konsumen dan itulah yang dilakukan perusahaan. Menjual produk dengan harga yang jauh lebih rendah daripada pesaing lakukan, membangun gudang gaya superstore yang berisi berbagai produk tapi tidak menawarkan manfaat atau jasa banyak tambahan. Semua hasil ini dalam pengurangan biaya dan harga yang lebih rendah bagi konsumen.

5. Operasi International. Walmart tidak bergantung pada penjualan dari toko AS hanya sebagai pesaingnya lakukan. Ini telah memperoleh $ 135 milyar dalam penjualan pada tahun 2013 dari operasi internasional, yang tumbuh pada tingkat yang jauh lebih cepat dari penjualan di pasar dalam negeri. Pasar luar negeri membuka peluang baru untuk pertumbuhan Walmart dan memberikan pengalaman baru bagi perusahaan karena beroperasi sangat berbeda di luar negeri daripada di pasar dalam negeri.
  
Kelemahan
1.   Tuntutan hukum terkait Tenaga Kerja. Walmart menghadapi tuntutan hukum terkait tenaga kerja setiap tahun, yang biaya jutaan dolar bagi perusahaan. Hal ini dikritik karena kondisi miskin kerja, upah rendah, kerja lembur yang tidak dibayar dan diskriminasi perempuan. Selain biaya litigasi, reputasi perusahaan telah rusak dan pekerja terampil lebih sedikit bersedia bekerja untuk itu.

2.  Pergantian karyawan tinggi. Bisnis menderita turnover karyawan yang tinggi yang meningkatkan biaya perusahaan, karena memiliki untuk melatih karyawan baru lebih sering. Alasan utama untuk pergantian karyawan yang tinggi terampil, pekerjaan kurang dibayar rendah.

3.   Sedikit diferensiasi. Walmart memiliki diferensiasi dibandingkan dengan pesaingnya, yang mungkin merugikan perusahaan di masa depan jika harga komoditas atau pendapatan rata-rata konsumen akan meningkat. Dalam hal ini, strategi kepemimpinan biaya rendah tidak akan efektif karena saat ini dan keunggulan kompetitif utama Walmart akan mengikis.

4.   Publisitas negatif. Perusahaan ini sering dikritik karena praktik dipertanyakan nya seperti suap dari pihak berwenang atau kondisi kerja yang buruk. Kerusakan publikasi negatif reputasi perusahaan itu.
  
Peluang
1.    Pertumbuhan pasar ritel di pasar negara berkembang. Pasar ritel tumbuh sebesar minimal 5% rata-rata di pasar negara berkembang pada tahun lalu, membuka peluang besar bagi pertumbuhan pendapatan Walmart. Bisnis saat ini beroperasi di Brazil, Mexico, China dan India pasar. Walmart harus meningkatkan kehadirannya di pasar-pasar untuk mempertahankan pertumbuhan di masa depan.

2.     Meningkatnya penerimaan produk label sendiri. Penjualan produk private label telah meningkat lebih dari 40% selama 10 tahun terakhir. Ini menunjukkan peningkatan penerimaan konsumen dari produk jaringan supermarket dibandingkan dengan produk merek nasional. Walmart memiliki kesempatan untuk meningkatkan jumlah produk private label dijual di toko-toko dan mendapatkan margin keuntungan yang lebih tinggi.

3.   Trend ke arah makan yang sehat. Kecenderungan saat makan makanan sehat telah mengakibatkan permintaan yang lebih tinggi untuk produk kelontong. Walmart memiliki kesempatan untuk memperluas toko untuk mendapatkan penghasilan lebih dari tren ini.

4.  Pertumbuhan belanja online. Sektor ritel online tumbuh sebesar 4,7% di AS pada tahun 2011, mencapai $ 197.000.000.000. Walmart menjadi pengecer offline terbesar memiliki peluang besar untuk memperluas kehadirannya di pasar ritel online. Perusahaan dapat menawarkan kenyamanan untuk mengambil barang yang dipesan secara online di lebih dari 10.000 toko dan dapat menawarkan harga yang lebih rendah secara online daripada di toko. Akibatnya, Walmart dapat menjangkau lebih banyak pelanggan dan meningkatkan pendapatan.

Ancaman
1.   Meningkatkan persaingan dari batu bata dan mortir dan pesaing online. Pesaing seperti Target, Costco, Amazon dan Tesco (di Inggris) yang menempatkan upaya besar untuk menghilangkan perbedaan harga yang Walmart menikmati. Kecuali harga yang lebih rendah, Walmart tidak berbeda dari pengecer murah lainnya dan akan mengalami peningkatan persaingan dari mereka di masa depan.

2.    Meningkatkan resistensi dari masyarakat setempat. Walmart superstore memiliki dampak negatif pada pengecer dan masyarakat lokal. Beberapa pengecer lokal biasanya dipaksa untuk menutup ketika Walmart superstore membuka di daerah. Hal ini mempengaruhi tidak hanya pengecer tetapi keluarga mereka dan masyarakat secara keseluruhan.

3.    Kenaikan harga produk komoditas. Naiknya harga komoditas menekan margin keuntungan Walmart dan mengikis keunggulan kompetitif. Ketika harga naik, perbedaan biaya antara pengecer berkurang dan persaingan bergeser dari harga untuk produk dan layanan diferensiasi.

2.7      Studi Kasus
1.      Competitive Advantage
Beberapa value yang tetap menjadikan Wal-Mart salah satu pilihan customers dibandingkan dengan pesaing-pesaingnya:
·         Cost Leadership
Sesuai dengan strategi pemasaran Wal-Mart yang menjamin “Everyday Low Prices”. Wal-Mart memasarkan produk berkualitas dengan harga murah dan terjangkau.

·        Differentiation Strategi Memilih Lokasi
Kebanyakan pesaing memilih kota besar sebagai lokasi strategis untuk membuka toko dan menjadikan masyarakat kota besar sebagai pasar, akan tetapi mungkin, sehingga dapat dijangkau oleh masyarakat di daerah-daerah terpencil. Dengan strategi ini, dan strategi cost leadership Wal-Mart membangun hubungan yang lebih dekat dengan konsumennya.

·        Hubungan Dengan Supplier
Kerjasama dengan para pemasok adalah kunci strategi yang digunakan oleh Wal-Mart. Dimana Wal-Mart bekerjasama dengan pemasok besar seperti Procter dan Gamble, Clorox dan Johnson. Walaupun Wal-Mart telah bekerjasama dengan pemasok besar, tetapi Wal-Mart telah berkomitmen untuk tidak bergantung pada salah satu pemasok besar, tidak ada pemasok tunggalyang mempunyai pasokan lebih besar 4% dari volume penjual secara keseluruhan. Hal ini berguna untuk mencegah tingkat ketergantungan dan meningkatkan daya saing antar merek dari tiap pemasok.

·         Proses Distribusi Yang Baik
Barang yang dijual oleh Wal-Mart, sekitar 85% didistribusikan langsung oleh Wal-Mart ke masing-masing tokonya, dimana rata-rata pesaing hanya melakukan sebesar 50%. Hal ini dapat dilakukan karena Wal-Mart menggunakan strategi saturasi dalam melayani toko-tokonya, dimana pusat distribusi dibuat strategis untuk dapat melayani toko dalam satu kali perjalanan, strategi ini sangat efektif sehingga dapat melayani 150-200 toko dalam satu hari. Untuk mendistribusikan barang tersebut Wal-Mart memiliki armadalebih dari 3.000 truk dan 12.000 trailer, dimana para pesaing melakukan system outsourching dalam mendistribusikan barang. Pola distribusi yang langsung di control oleh Wal-Mart dalam hal menjaga kualitas ketepatan distribusi untuk tiap tokonya.

·        Wal-Mart’s People Greeter
Harga yang murah tidak menjadikan Wal-Mart mengurangi kualitas keramah-tamahan Associates-nya (Sebutan Wal-Mart untuk karyawannya). Setiap associates diwajibkan menyapa para customer bahkan dalam jarak 10 kaki. Keramah-tamahan merupakan salah satu cara Wal-Mart mempertahankan customer-nya dari pesaing.

·        Tidak Menjual Groceries
Beberapa waktu yang lalu Wal-Mart telah menjamin tidak akan menjual groceries, untuk menjaga toko-toko yang berada di wilayah toko-toko Wal-Mart tetap beroperasi dan tidak mematikan perekonomian local. (Sumber: “Food Fight: Wal-Mart Vows to Guarantee Groceries, Buy Local”; www.cnbc.com) Stok Yang SelaluTersedia.
 
Wal-Mart menjamin stok barang di toko selalu tersedia untuk memenuhi kebutuhan customers.
2.      Strategi perusahaan
Bagaimana Wal-Mart dapat tetap mempertahankan harga yang murah dengan kualitas yang baik dan terus mempertahankan stok pada inventori sehingga kebutuhan konsumen tetap terpenuhi, sedangkan toko-toko Wal-Mart berada didaerah-daerah yang jauh dari pusat kota? Berikut ini adalah beberapa strategi Wal-Mart dalam menjaga Competitive Advantage-nya:
a.       Investasi dalam information technology yang Men-support Supply Chain dan Logistik dengan powerfull
·         Wal-Mart meyakini bahwa computer sangat penting untuk mengelola pertumbuhan dan menekan struktur biaya. Wal-Mart membangun jaringan satelit canggih yang menghubungankan point of sales di semua tokonya. Jaringan tersebut didesain untuk memberikan informasi kepada para manajer dan bagian penjualan terkait status penjualan serta persediaan yang paling baru agar dapat meningkatkan pembelian produk. Dengan system yang terkomputerisasi dan melalui satelit, Wal-Mart dapat mengontrol pergudangan dan persediaan mereka. Sehingga Wal-Mart akan dengan cepat menanggapi untuk memesan persediaan melalui internet kepada pemasok. Maka dari itu, Wal-Mart tidak akan pernah kehabisan stok namun juga tidak ada stok yang menumpuk. Hal ini merupakan keunggulan bagi Wal-Mart dibandingkan dengan para pesaingnya.
·         Pada tahun 2005 Wal-Mart mengembangkan system RFID (Radio Frequency Identify) untuk mengantikan Barcode. Tag RFID berisi chip yang disertai informasi. Barcode hanya memberikan informasi produk untukretailer saja, sedangkan RFID membarikan informasi tentang persediaan suatu produk baik kepada retailer maupun kepada supplier, selain itu RFID juga menginformasikan keberadaan suatu produk dalam rangkaian supply chain. Dengan informasi tersebut, supplier tahu kapan mereka harus mengisi ulang kembali produk mereka di toko. Penggunaan RFID dapat meningkatkan efisiensi supply chain, mengurangi kosongnya persediaan sautu produk tertentu, mencegah pencurian dan pemalsuan barang.
b.      Saturation Strategy
Prinsip strategi ini adalah memasok dari pusat distribusi ke toko-toko yang berada sangat jauh, dalam waktu satu hari. Letak pusat distribusi sangat strategis, di desain untuk mampu menjangkau 150 – 200 toko dalam satu hari, dan satu jangkaua distribusi. Dengan menggunakan belt conveyer dan teknik cross-docking Wal-Mart memasok 85% barang ke toko-tokonya melalui jaringan distribusi mereka sendiri. Saturation strategi di desain untuk mencegah competitor masuk dan mengisi “Kekosongan” stak Wal-Mart sambil menerima barang, pada saat yang bersamaan, mengisi order dari toko Wal-Mart yang lain. Strategi ini sangat efisien dalam menghemat baiaya distribusi, karena juga beroperasi selama 24 jam penuh.
c.       Investasi Dalam Transportasi Untuk Kepentingan Distribusi
Tentu saja dalam melaksanakan saturation strategi-nya, Wal-Mart membutuhkan investasi dalam bentuk transportasi. Wal-Mart memiliki 6.100 truk dan 6.700 pengemudi. Selain itu, sistem network satelit komunikasi Wal-Mart, memudahkan hubungan (Pemesanan dan pembelian stock) dengan supplier sehingga pada saat truk dating untuk mengambil barang, barang telah tersedia full truckload tanpa harus menyimpan di inventori supplier. Hal ini membuat Wal-Mart menghemat inventory cost-nya.
d.      Tidak Bergantung Pada Satu Vendor
Wal-Mart mengurangi resiko kehabisan pasokan barang dengan tidak bergantung pada satu vendor saja, dan tidak ada vendor yang dapat mensuplai barang lebih dari 4% dari total volume penjualan Wal-Mart.
e.       Manajemen Sumber Daya Manusia
Wal-Mart menawarkan bagi hasil kepada karyawannya sebagai imbalan atas loyalitas dan pengabdian mereka. Dengan menggunakan rumus dari pertumbuhan laba, Wal-Mart membarikan konstribusi persentase dari upah setiap karyawan yang berhak atas bagi hasil, yang dapat diambil karyawan, saat merek meninggalkan perusahaan, baik berupa uang ataupun saham Wal-Mart. Dengan begitu, karyawan akan merasa memiliki Wal-Mart dan hal ini akan mencegah pencurian di toko.

 
BAB III
PENUTUP

3.1       Kesimpulan
            Strategi pemasaran ritel adalah pemasaran yang mengacu kepada variabel, dimana pedagang eceran dapat mengkombinasikan menjadi jalan alternatif sebagai suatu strategi pemasaran untuk dapat menarik konsumen. Variabel tersebut umumnya meliputi faktor seperti: Variasi barang dagangan dan jasa yang ditawarkan, harga, iklan, promosi dan tata ruang, desain toko, lokasi toko dan merchanding. Untuk menjaga kelangsungan hidup serta kemajuan dan keunggulan dalam bisnis eceran yang semakin kompetitif, maka pengelola bisnis tersebut harus berupaya menerapkan strategi berupa program bauran penjualan eceran yang diharapkan memunculkan minat konsumen.
            Kompenen produk, harga, tempat dan promosi atau lebih dikenal dengan 4P (Product, Price, Place And Promotion) dengan menitik beratkan perhatian yang berbeda-beda pada keempat variabel tersebut karena tergantung kepada sipembuat keputusan pemasarannya untuk menyesuaikan dengan lingkungan yang cenderung berubah-ubah yang barusaha untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan mencapai tujuan perusahaan, dimana konsep tersebut berlaku bagi bisnis eceran dengan penekanan pada faktor yang berlainan.

3.2       Saran
            1. Supply Chain Management (SCM) yang efektif dan efisien yang telah diterapkan oleh Wal-Mart merupakan salah satu kunci sukses yang harus terus di maintain dan di-reinforce sebagai salah satu competitive advantage.
            2. Cros-Docking dan System persediaan terkomputerisasi serta pemikiran inovatif dalam transportsai yang kompleks yang mengharuskan membawa semua pasokan produsen yang berbeda dari daerah yang berbeda untuk satu lokasi yang rumit sehingga menyebabkan penurunan biaya yang lebih tinggi.
            3. Keberadaan Wal-Mart di daerah-daerah small rural towns menimbulkan concern dari padagang local, Wal-Mart yang sempat memutuskan untuk melakukan ekspansi ke bisnis groceries juga, akan menganggu perekonomian pedagang local tersebut. Maka ketika terjadi aksi Anti-Wal-Mart pada tahun 2013, Wal-Mart menjamin untuk tidak menjual grociries lagi. Penulis merekomendasikan Wal-Mart terus melakukan hal tersebut untuk membantu Wal-Mart mempertahankan value competitive advantage-nya tidak hanya kepada karyawan dan customers, tapi juga kepada masyarakat di lokasi toko-toko Wal-Mart.
            4. Apabila Wal-Mart tetap bertujuan ekspansi bisnis groceries ada baiknya jika Wal-Mart dapat bekerjasama dengan pedagang local dengan mengadakan program bersama yang kreatif. Hal ini juga bertujuan untuk program CSR Wal-Mart kepada masyarakat sekitar.



DAFTAR PUSTAKA

Anthony, Robert N. dan Vijay Govindarajan. 2007. Manajemen Control System, International Edition, 12th Edition. Singapore: McGraw-Hill

“Food Fight: Wal – Mart Vows to Guarantee Groceries, Buy Local”, www.cnbc.com

Ma’ruf, Hendri. 2005. Pemasaran Ritel. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Philip, Kotler. 2001. Manajemen Pemasaran di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Djaslim, Saladin. 2006, Manajemen Pemasaran, Edisi Keempat. Bandung: Linda Karya

Walmart (2013). Walmart Perusahaan. Tersedia di: http://corporate.walmart.com/?povid=P1171-C1093.2766-L4

Yglesias, M. di Slate (2013). Apakah Wal-Mart in Trouble. Tersedia di: http://www.slate.com/articles/business/moneybox/2013/05/wal_mart_sales_decline_america_s_largest_retailer_is_slipping_as_customers.html

Bisnis Standard (2013). Walmart kasus lobi 'tertutup'. Tersedia di: http://www.business-standard.com/article/current-affairs/walmart-lobbying-case-closed-113051700875_1.html

Wikipedia (2013). Walmart. Tersedia di: http://en.wikipedia.org/wiki/Walmart
  

Rian Untag Semarang
Penulis: Rian Untag Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar