BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bisnis
ritel merupakan keseluruhan aktivitas bisnis yang terkait dengan penjualan dan
pemberian layanan kepada masyarakat sebagai pelaku konsumen untuk penggunaan
yang sifatnya individu sebagai pribadi maupun keluarga. Keberhasilan pasar
ritel yang kompetitif, pelaku ritel harus dapat menawarkan produk yang tepat,
dengan harga, waktu dan tempat yang tepat pula. Oleh karena itu, pemahaman terhadap
pelaku ritel terhadap karakteristik target pasar atau konsumen yang akan
dilayani merupakan hal yang sangat penting. Dalam operasionalnya pelaku ritel
menjalankan beberapa fungsi antara lain membantu konsumen dalam menyediakan
berbagai produk dan jasa. Menjalankan fungsi memecah maupun menambah nilai
produk, secara keseluruhan pengelola bisnis ritel membutuhkan implementasi
fungsi-fungsi manajemen secara terintegrasi baik fungsi keuangan, pemasaran,
sumber daya manusia, maupun operasional. Sehingga pelaku ritel dapat memahami
secara penuh tentang lingkup bisnis ritelnya.
Industri
ritel semakin berubah seiring dengan perubahan teknologi, perkembangan dunia
usaha serta kebutuhan konsumen. Siap atau tidak, ritel di Indonesia akan
menghadapi persaingan yang demikian sengit. Apalagi dengan semakin maraknya
rite lasing di Indonesia yang punya kekuatan merek dan dana yang tak terbatas.
Oleh karenanya ritel di Indonesia perlu mewaspadai atau memahami berbagai tren
yang akan terjadi pada dunia ritel di masa depan.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan Strategi
Pemasaran Ritel?
2.
Bagaimana strategi pemasaran ritel yang
dilakukan oleh Wa-Mart?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ritel
Perdagangan eceran atau sekarang
kerap di sebut dengan perdagangan ritel, bahkan disingkat menjadi bisnis ritel.
Menurut Hendri Ma’ruf (2005:7) “Bisnis ritel adalah kegiatan usaha menjual
barang atau jasa pada perorangan untuk keperluan sendiri, keluarga dan rumah
tangga’.
Kotler (2002:274) yang dialih bahasakan
oleh AB Susanto mendefinisikan “Penjualan eceran adalah meliputi semua kegiatan
yang melibatkan dalam semua penjualan barang dan jasa secara langsung ke
konsumen akhir untuk penggunaan pribadi bukan bisnis”. Ritel merupakan rantai
yang penting dari saluran distribusi yang menghubungkan keseluruhan dari bisnis
dan orang-orang yang mencakup perpindahan secara fisik dan transfer kepemilikan
barang atau jasa dari produsen kepada konsumen. Sedangkan menurut Djasmin
Saladin (2006:163) “Penjualan eceran adalah meliputi semua aktifitas yang
melibatkan penjualan barang dan jasa pada konsumen akhir untuk dipergunakan
yang sifatnya pribadi dan bukan bisnis”.
Menurut Hendri Ma’ruf (2005) “Bauran
eceran adalah kombinasi dari faktor-faktor ritel yang dipergunakan untuk
memuaskan kebutuhan pelanggan dan memengaruhi keputusan mereka untuk membeli”.
Faktor-faktor tersebut adalah lokasi, barang dagangan, harga, promosi,
pelayanan dan suasana toko.
Dari beberapa definisi diatas, dapat
disimpulkan bahwa usaha eceran (ritel) merupakan aktifitas penjualan barang dan
jasa yang langsung kepada konsumen akhir dan bukan untuk dijual kembali.
2.2 Fungsi Ritel
Dalam
suatu saluran distribusi, pengecer memainkan peranan penting sebagai penengah
antara produsen, agen dan para supplier dengan konsumen akhir. Pengecer
mengumpulkan semua jenis barang dan jasa yang beragam memungkinkan para
konsumen dapat memilih dan membeli berbagai variasi produk dengan jumlah yang
mereka inginkan. Ada empat fungsi utama pedagang eceran yaitu:
1.
Perantara antara distributor dengan
konsumen akhir.
2.
Penghimpun berbagai kategori jenis
barang yang menjadi kebutuhan konsumen.
3.
Tempat rujukan untuk mendapatkan barang
yang dibutuhkan konsumen.
4.
Penetuan eksistensi barang dari
manufaktur di pasar konsumen.
2.3 Jenis-jenis Ritel
Menurut
Hendri Ma’ruf (2005:74) menyatakan jenis-jenis gerai modern adalah:
1.
Minimarket: toko yang relatif kecil yang
menjual barang kebutuhan sehari-hari, biasanya berukuran antara 50 m sampai 200
m.
2.
Convenience Store: toko yang mirip
minimarket dalam hal produk yang dijual, tetapi berbeda dalam harga, jam buka,
luas ruang dan lokasi.
3.
Speciality Store: toko yang menyediakan
pilihan produk yang lengkap hingga konsumen tidak harus mencari lagi toko lain,
keragaman produk disertai harga yang bervariasidari yang terjangkau hingga yang
premium membuat Speciality Store unggul.
4.
Fectory Outlet: toko yang menjual
produk-produk ekspor yang masih layak untuk dijual.
5.
Distro atau Distribution Outlet: toko
yang menjual produk-produk yang memiliki merk sendiri.
6.
Supermarket: toko yang menjual
produk-produk kebutuhan sehari-hari dengan ukuran lebih besar dari minimarket.
7.
Departemen Store: toko yang berukuran
sangat besar dan menjual produk-produk kebutuhan sehari-hari, rumah tangga
bahkan non pangan.
2.4 Manajemen
Strategi Untuk Pemasaran Ritel
Industri ritel
terus berubah seiring dengan perubahan teknologi, perkembangan dunia usaha
serta kebutuhan konsumen. Bisnis ritel adalah keseluruhan aktifitas bisnis yang
terkait dengan penjualan dan pemberian layanan kepada konsumen untuk penggunaan
yang sifatnya individu sebagai pribadi maupun keluarga. Agar berhasil dalam
pasar ritel yang kompetitif, pelaku ritel harus dapat menawarkan produk yang
tepat, harga yang tepat, waktu dan tempat yang tepat pula. Oleh karena itu,
pemahaman terhadap pelaku ritel terhadap karakteristik target pasar atau
konsumen yang akan dilayani merupakan hal yang sangat penting. Dalam
operasionalnya pelaku ritel menjalankan beberapa fungsi antara lain membantu
konsumen dalam menyediakan berbagai produk dan jasa. Menjalankan fungsi memecah
maupun menambah nilai produk, secara keseluruhan pengelola bisnis ritel
membutuhkan implementasi fungsi-fungsi manajemen secara terintegrasi baik
fungsi keuangan, pemasaran, sumber daya manusia, maupun operasional.
Sehingga
pelaku ritel dapat memahami secara penuh tentang lingkup bisnis ritelnya, cara
strategi pengembangannya dan memanajemen bisnisnya. Konsep Ritel adalah
orientasi manajemen yang memfokuskan ritel dalam menentukan kebutuhan target
pasar serta memenuhi kebutuhannya dengan lebih efektif dan efisien. Ritel yang
berhasil harus memenuhi kebutuhan pelanggan pada segmen pasar yang dilayani
secara lebih baik daripada yang dilakukan oleh pesaing. Tugas utama dalam
mengembangkan bisnis ritel adalah menetapkan sasaran pasar, proses ini di awali
dengan menetapkan segmentasi pasar. Prinsip dasar pada ritel modern yang
terdiri dari 4P:
a.
Product (Produk)
Produk menurut Kotler
dan Armstrong (200) adalah segala sesuatu yang di tawarkan kepasar untuk
diperhatikan, dimiliki, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memuaskan
keinginan atau kebutuhan. Menurut Porter (1996) “Keunggulan suatu produk agar
dapat diterima dan bertahan dipasar ditentukan oleh ciri-ciri khas atau
keunikan produk tersebut dibandingkan dengan produk yang lain yang ada dipasar.
b.
Price (Harga)
Strategi dalam
penetapan harga bias dilakukan dengan beberapa cara, misalnya: Harga building,
harga predatory, harga berbasis kompetisi, harga cost plus, harga berorientasi
pasar, harga premium, harga psikologis, harga dinamis (Kotler and Armstrong:
2010). Ada tiga pihak yang menjadi dasar pertimbangan dalam penetapan harga
oleh sebuah perusahaan ritel yaitu: konsumen, dirinya sendiri dan pesaing.
Menurut Ma’ruf (2005). Implementasi strategi harga antara lain:
·
Penetapan harga secara tetap untuk
periode waktu tertentu dan harga yang di tetapkan secara variatif sesuai
fluktuasi tingkat permintaan konsumen.
·
Penetapan harga ganjil seperti: Rp
99.000,- Rp 199.000,- Rp 749.000,-
·
Leader pricing, penetapan harga dimana
profit marginnya lebih rendah daripada tingkat yang biasa diraih bertujuan
untuk menarik konsumen yang lebih banyak.
·
Penetapan harga paket, yaitu harga yang
didiskon untuk penjualan lebih dari satu unit per-itemnya.
·
Harga bertingkat, ini diberlakukan untuk
produk yang mempunyai banyak model dan harga yang beragam.
c.
Promotion (Promosi)
Menurut philip Kotler
(1997: 153) proses keputusan pembelian dipengaruhi oleh rangsangan pemasaran
dan rangsangan lain. Bauran promosi yang meliputi periklanan (Advertising),
penjualan pribadi (Personal Selling), hubungan masyarakat (Public Relation) dan
publisitas (Publicity), promosi penjualan (Sales Promotion) dan pemasaran
langsung (Direct marketing) adalah bagian dari rangsangan pemasaran yang
merupakan variabel yang dapat di control oleh perusahaan. Menurut Schoell
(1993: 424) “Tujuan promosi adalah memperoleh perhatian, mendidik, mengingatkan
dan menyakinkan.
d.
Place (Tempat/Lokasi)
Saluran pemasaran
adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses
menjadikan barang dan jasa siap digunakan atau dikonsumsi (Kotler: 2002).
Menurut Losch, lokasi penjualan sangat berpengaruh terhadapa jumlah konsumen
yang dapat digarapnya. Semakin jauh dari tempat penjual, konsumen semakin malas
membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjual semakin
mahal. Losch cenderung menyarankan agar lokasi produk berada dipasar atau dekat
dengan pasar.
Lokasi
merupakan factor factor terpenting dalam pemasaran ritel. Pada lokasi yang
tepat, sebuah gerai akan lebih sukses dibandingkan gerai lainnya yang berlokasi
kurang strategis, meskipun keduanya menjual produk yang sama dengan pramuniaga
yang sama terampilnya dan mempunyai citra toko yang bagus. Strategi pemasaran
yang baik juga harus didukung dengan kualitas pelayanan yang baik. Menurut
Christopher H. Lovelock et.al(1996) menyatakan bahwa kualitas pelayanan
merupakan bentuk pelayanan yang harus disesuaikan dengan harapan dan kepuasan
konsumen didalam memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Salah satu cara
perusahaan untuktetpa dapat unggul bersaing dengan memberikan pelayanan dengan
kualitas yang lebih tinggi dari pesaingnya secara konsisten. Harapan konsumen
dibentuk oleh pengalaman masa lalunya, pembicaraan dari mulut kemulut serta
promosi yang dilakukan kemudian dibandingkannya. Menurut Payne (2000) membentuk
model kualitas pelayanan yang menyoroti syarat-syarat utama memberikan kulaitas
pelayanan diantaranya adalah:
·
Kesenjangan antara harapan konsumen
dengan persepsi manajemen
·
Kesenjangan antara persepsi manajemen
terhadap harapan konsumen dengan spesifikasi terhadap kualitas pelayanan
·
Kesenjangan antara spesifikasi kualitas
pelayanan dan penyampaian pelayanan
·
Kesenjangan antara pelayanan yang di
sarankan dan pelayanan yang di harapkan
Menurut Zeithaml and
Bitner (2003) “Kualitas pelayanan mencerminkan evaluasi persepsi konsumen
tentang elemen-elemen jasa (Kualitas interaksi, kualitas lingkungan fisik dan
kualitas hasil), kemudian elemen-elemen jasa akan dievaluasi berdasarkan
dimensi kualitas pelayanan yangspesifik antara lain: Kehandalan, daya tangkap, jaminan, kemudian dalam melakukan hubungan dan
bukti langsung.
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam bisnis ritel
untuk mengembangkan keunggulan bersaing adalah:
1.
Loyalitas konsumen
Loyalitas konsumen
berarti kesetiaan konsumen utnuk berbelanja di lokasi ritel tertentu. Mempunyai
kosnumen yang loyal adalah metode yang penting dalam mempertahankan keuntungan
dari para pesaing, jika memiliki konsumen yang loyal berarti konsumen memiliki
keengganan untuk menjadi pelanggan pada ritel-ritel pesaing.
2.
Program loyalitas
Program loyalitas
adalah bagian dari keseluruhan manajemen hubungan antara konsumen, program ini
sudah umum dijalankan dalam bisnis ritel, program loyalitas bekerja sama dengan
manajemen hubungan pelanggan/Customer Relationship Marketing (CRM). Anggota
anggota program loyalitas diketahui saat mereka membeli, karena mereka
menggunakan beberapan tipe kartu loyalitas, informasi pembelian disimpan dalam
database yang besar, dari database dapat diketahui jenis-jenisbarang apa yang
dibeli oleh konsumen, dengan menggunakan cara ini pelaku ritel dapat
menyesuaikan berbagai penawaran untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang loyal
dengan baik. Beberapa pelaku ritel yang telah menggunakan program ini seperti:
Alfa dengan AFC (Alfa Family Club), Carrefour dengan kartu belanja (KB)
Carrefour, matahari dengan MMC (Matahari Club Card) dan masih banyak contoh
lainnya.
3.
Lokasi
Lokasi adalah factor
utama dalam pemilihan toko konsumen, ini juga keunggulan bersaing yang tidak
mudah ditiru.contohnya: Starbucks: mereka menciptakan keberadaan pasar yang
sulit untuk disaingi, Carrefour: mereka selalu menetukan lokasi yang strategis.
Pemilihan lokasi yang
tepat mempunyai keuntungan yaitu:
·
Merupakan komiten sumber daya jangka
panjang yang dapat mengurangi fleksibilitas masa depan ritel itu sendiri.
·
Lokasi akan mempengaruhi pertumbuhan
bisnis ritel dimasa yang akan dating, area yang dipilih haruslah mampu untuk
tumbuh dari segi ekonomi sehingga dapat mempertahanakan kelangsungan toko saat
awal atupun masa yang akan dating.
Penentuan lokasi dapat
dimulai dengan memilih komunitas, keputusan ini sangat bergantung pada potensi
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas maupun persaingan serta iklim politik.
Selain itu juga geografis sangat menentukan.
4.
Manajemen Sumber Daya Manusia
Ritel adalah bisnis
tenaga kerja intensif, para pegawai memiliki peranan penting dalam memberikan
layanan pada konsumen dan membangun loyalitas konsumen.
5.
Sistem Distribusi Dan Informasi
Semua ritel berusaha
untuk mengelola usaha secara efisien, mereka terus memenuhi kebutuhan konsumen
dan pada saat yang memberi atau memutuskan untukmenggunakan kesempatan guna
menarik perhatian konsumen dari para pesaing dengan menawarkan jasa, barang dan
penyajian visual yang lebih baik.
6.
Barang-barang Unik
Mengembangkan
merek-merek berlabel (Juga disebut merek-merek toko) yang merupakan
produk-produk yang dikembangkan dan dipasarkan oleh ritel dan hanya tersedia
dari ritel tersebut.
7.
Layanan konsumen
Dibutuhkan waktu dan
usaha untuk membangun sebuah tradisi dan reputasi untuk layanan konsumen,
karena layanan konsumen yang bagus merupakan asset strategis yang sangat
berharga. Ritel yang berhasil harus memenuhi kebutuhan pelanggan pada segmen
pasar yang dilayani secara lebih baik daripada yang dilakukan pesaing. Pasar
ritel bukan merupakan tempat khusus dimana para pembeli dan penjual bertemu,
tetapi sebagai kelompok konsumen dengan kebutuhan-kebutuhan yang sama (Segmen
pasar) dan sekelompok ritel yang menggunakan format ritel yang sama untuk
memenuhi kebutuhan konsumen tersebut. Pasar sasaran dalam ritel sering kali
ditetapkan berdasarkan faktor demografis, geografis dan psikografis. Menetapkan
pasar sasaran merupakan syarat untuk menetapkan strategi bauran ritel. Bauran
ritel atau disebut dengan retail mix adalah kombinasi elemen-elemen produk,
harga, lokasi, personalia, promosi dan presentasi atau tampilan untuk menjual
barang dan jasa pada konsumen akhir yang menjadi target pasar.
2.5
Proses
Pelaksanaan Strategi Wal-Mart
2.6
Analisis
SWOT Wal-Mart
Analisis SWOT Wal-Mart 2013
|
|||
Kekuatan
|
Kelemahan
|
||
|
|
||
Peluang
|
Ancaman
|
||
|
|
||
1. Skala operasi. Walmart adalah peritel
terbesar di dunia dengan lebih dari $ 400 miliar dalam pendapatan dan 10.130
toko. Itu membuat Walmart raksasa yang ada pengecer lain yang bisa cocok.
Karena skala besar seperti operasi, perusahaan dapat menjalankan kekuasaan
pembeli yang kuat pada pemasok untuk mengurangi harga. Hal ini juga dapat
mencapai ekonomi yang lebih tinggi dari skala dari pesaing karena ukurannya.
Ekonomi yang lebih tinggi dari hasil skala harga yang lebih rendah yang
diteruskan ke konsumen.
2.
Kompetensi dalam sistem informasi.
Korporasi mencapai penghematan biaya yang signifikan karena sistem informasi
yang luas yang melacak pesanan, tingkat persediaan, penjualan dan informasi
terkait lainnya secara real time. Semua informasi ini dapat langsung diakses,
dianalisis dan keputusan yang dibuat di setiap toko. Manajemen yang efektif
dari rantai pasokan dan logistik merupakan salah satu faktor yang paling
penting untuk keberhasilan Walmart.
3. Wide berbagai produk. Walmart dapat
menawarkan berbagai jenis produk dari pengecer lain. Menjual kelontong,
hiburan, kesehatan dan kesejahteraan, pakaian dan produk rumah terkait antara
banyak kategori lain dan menawarkan barang label bermerek dan sendiri. Berbagai
produk menarik lebih banyak pelanggan ke toko Walmart.
4.
Biaya. Strategi ini telah membantu
Walmart untuk menjadi pemimpin murah di pasar ritel. Strategi ini membutuhkan
menjual produk semut harga serendah mungkin dan memberikan layanan tidak ada
frill untuk mencapai ekonomi yang lebih tinggi dari skala dan menarik massa
konsumen dan itulah yang dilakukan perusahaan. Menjual produk dengan harga yang
jauh lebih rendah daripada pesaing lakukan, membangun gudang gaya superstore
yang berisi berbagai produk tapi tidak menawarkan manfaat atau jasa banyak
tambahan. Semua hasil ini dalam pengurangan biaya dan harga yang lebih rendah
bagi konsumen.
5. Operasi International. Walmart tidak
bergantung pada penjualan dari toko AS hanya sebagai pesaingnya lakukan. Ini
telah memperoleh $ 135 milyar dalam penjualan pada tahun 2013 dari operasi
internasional, yang tumbuh pada tingkat yang jauh lebih cepat dari penjualan di
pasar dalam negeri. Pasar luar negeri membuka peluang baru untuk pertumbuhan
Walmart dan memberikan pengalaman baru bagi perusahaan karena beroperasi sangat
berbeda di luar negeri daripada di pasar dalam negeri.
Kelemahan
1. Tuntutan hukum terkait Tenaga Kerja.
Walmart menghadapi tuntutan hukum terkait tenaga kerja setiap tahun, yang biaya
jutaan dolar bagi perusahaan. Hal ini dikritik karena kondisi miskin kerja, upah
rendah, kerja lembur yang tidak dibayar dan diskriminasi perempuan. Selain
biaya litigasi, reputasi perusahaan telah rusak dan pekerja terampil lebih
sedikit bersedia bekerja untuk itu.
2. Pergantian karyawan tinggi. Bisnis
menderita turnover karyawan yang tinggi yang meningkatkan biaya perusahaan,
karena memiliki untuk melatih karyawan baru lebih sering. Alasan utama untuk
pergantian karyawan yang tinggi terampil, pekerjaan kurang dibayar rendah.
3. Sedikit diferensiasi. Walmart memiliki
diferensiasi dibandingkan dengan pesaingnya, yang mungkin merugikan perusahaan
di masa depan jika harga komoditas atau pendapatan rata-rata konsumen akan
meningkat. Dalam hal ini, strategi kepemimpinan biaya rendah tidak akan efektif
karena saat ini dan keunggulan kompetitif utama Walmart akan mengikis.
4. Publisitas negatif. Perusahaan ini
sering dikritik karena praktik dipertanyakan nya seperti suap dari pihak
berwenang atau kondisi kerja yang buruk. Kerusakan publikasi negatif reputasi
perusahaan itu.
Peluang
1. Pertumbuhan pasar ritel di pasar negara
berkembang. Pasar ritel tumbuh sebesar minimal 5% rata-rata di pasar negara
berkembang pada tahun lalu, membuka peluang besar bagi pertumbuhan pendapatan
Walmart. Bisnis saat ini beroperasi di Brazil, Mexico, China dan India pasar. Walmart
harus meningkatkan kehadirannya di pasar-pasar untuk mempertahankan pertumbuhan
di masa depan.
2. Meningkatnya penerimaan produk label
sendiri. Penjualan produk private label telah meningkat lebih dari 40% selama
10 tahun terakhir. Ini menunjukkan peningkatan penerimaan konsumen dari produk
jaringan supermarket dibandingkan dengan produk merek nasional. Walmart
memiliki kesempatan untuk meningkatkan jumlah produk private label dijual di
toko-toko dan mendapatkan margin keuntungan yang lebih tinggi.
3. Trend ke arah makan yang sehat.
Kecenderungan saat makan makanan sehat telah mengakibatkan permintaan yang
lebih tinggi untuk produk kelontong. Walmart memiliki kesempatan untuk
memperluas toko untuk mendapatkan penghasilan lebih dari tren ini.
4. Pertumbuhan belanja online. Sektor ritel
online tumbuh sebesar 4,7% di AS pada tahun 2011, mencapai $ 197.000.000.000.
Walmart menjadi pengecer offline terbesar memiliki peluang besar untuk
memperluas kehadirannya di pasar ritel online. Perusahaan dapat menawarkan kenyamanan
untuk mengambil barang yang dipesan secara online di lebih dari 10.000 toko dan
dapat menawarkan harga yang lebih rendah secara online daripada di toko.
Akibatnya, Walmart dapat menjangkau lebih banyak pelanggan dan meningkatkan
pendapatan.
Ancaman
1. Meningkatkan persaingan dari batu bata
dan mortir dan pesaing online. Pesaing seperti Target, Costco, Amazon dan Tesco
(di Inggris) yang menempatkan upaya besar untuk menghilangkan perbedaan harga
yang Walmart menikmati. Kecuali harga yang lebih rendah, Walmart tidak berbeda
dari pengecer murah lainnya dan akan mengalami peningkatan persaingan dari
mereka di masa depan.
2. Meningkatkan resistensi dari masyarakat
setempat. Walmart superstore memiliki dampak negatif pada pengecer dan
masyarakat lokal. Beberapa pengecer lokal biasanya dipaksa untuk menutup ketika
Walmart superstore membuka di daerah. Hal ini mempengaruhi tidak hanya pengecer
tetapi keluarga mereka dan masyarakat secara keseluruhan.
3. Kenaikan harga produk komoditas. Naiknya
harga komoditas menekan margin keuntungan Walmart dan mengikis keunggulan
kompetitif. Ketika harga naik, perbedaan biaya antara pengecer berkurang dan
persaingan bergeser dari harga untuk produk dan layanan diferensiasi.
2.7 Studi Kasus
1. Competitive
Advantage
Beberapa value yang
tetap menjadikan Wal-Mart salah satu pilihan customers dibandingkan dengan
pesaing-pesaingnya:
·
Cost Leadership
Sesuai
dengan strategi pemasaran Wal-Mart yang menjamin “Everyday Low Prices”.
Wal-Mart memasarkan produk berkualitas dengan harga murah dan terjangkau.
·
Differentiation Strategi Memilih Lokasi
Kebanyakan
pesaing memilih kota besar sebagai lokasi strategis untuk membuka toko dan
menjadikan masyarakat kota besar sebagai pasar, akan tetapi mungkin, sehingga
dapat dijangkau oleh masyarakat di daerah-daerah terpencil. Dengan strategi
ini, dan strategi cost leadership Wal-Mart membangun hubungan yang lebih dekat
dengan konsumennya.
·
Hubungan Dengan Supplier
Kerjasama
dengan para pemasok adalah kunci strategi yang digunakan oleh Wal-Mart. Dimana
Wal-Mart bekerjasama dengan pemasok besar seperti Procter dan Gamble, Clorox
dan Johnson. Walaupun Wal-Mart telah bekerjasama dengan pemasok besar, tetapi
Wal-Mart telah berkomitmen untuk tidak bergantung pada salah satu pemasok
besar, tidak ada pemasok tunggalyang mempunyai pasokan lebih besar 4% dari
volume penjual secara keseluruhan. Hal ini berguna untuk mencegah tingkat
ketergantungan dan meningkatkan daya saing antar merek dari tiap pemasok.
·
Proses Distribusi Yang Baik
Barang
yang dijual oleh Wal-Mart, sekitar 85% didistribusikan langsung oleh Wal-Mart
ke masing-masing tokonya, dimana rata-rata pesaing hanya melakukan sebesar 50%.
Hal ini dapat dilakukan karena Wal-Mart menggunakan strategi saturasi dalam
melayani toko-tokonya, dimana pusat distribusi dibuat strategis untuk dapat
melayani toko dalam satu kali perjalanan, strategi ini sangat efektif sehingga
dapat melayani 150-200 toko dalam satu hari. Untuk mendistribusikan barang
tersebut Wal-Mart memiliki armadalebih dari 3.000 truk dan 12.000 trailer,
dimana para pesaing melakukan system outsourching dalam mendistribusikan
barang. Pola distribusi yang langsung di control oleh Wal-Mart dalam hal
menjaga kualitas ketepatan distribusi untuk tiap tokonya.
· Wal-Mart’s People Greeter
Harga
yang murah tidak menjadikan Wal-Mart mengurangi kualitas keramah-tamahan
Associates-nya (Sebutan Wal-Mart untuk karyawannya). Setiap associates
diwajibkan menyapa para customer bahkan dalam jarak 10 kaki. Keramah-tamahan
merupakan salah satu cara Wal-Mart mempertahankan customer-nya dari pesaing.
· Tidak Menjual Groceries
Beberapa
waktu yang lalu Wal-Mart telah menjamin tidak akan menjual groceries, untuk
menjaga toko-toko yang berada di wilayah toko-toko Wal-Mart tetap beroperasi
dan tidak mematikan perekonomian local. (Sumber: “Food Fight: Wal-Mart Vows to
Guarantee Groceries, Buy Local”; www.cnbc.com) Stok Yang SelaluTersedia.
Wal-Mart
menjamin stok barang di toko selalu tersedia untuk memenuhi kebutuhan customers.
2. Strategi
perusahaan
Bagaimana Wal-Mart dapat tetap
mempertahankan harga yang murah dengan kualitas yang baik dan terus
mempertahankan stok pada inventori sehingga kebutuhan konsumen tetap terpenuhi,
sedangkan toko-toko Wal-Mart berada didaerah-daerah yang jauh dari pusat kota?
Berikut ini adalah beberapa strategi Wal-Mart dalam menjaga Competitive
Advantage-nya:
a. Investasi
dalam information technology yang Men-support Supply Chain dan Logistik dengan
powerfull
·
Wal-Mart meyakini bahwa computer sangat penting
untuk mengelola pertumbuhan dan menekan struktur biaya. Wal-Mart membangun
jaringan satelit canggih yang menghubungankan point of sales di semua tokonya.
Jaringan tersebut didesain untuk memberikan informasi kepada para manajer dan
bagian penjualan terkait status penjualan serta persediaan yang paling baru
agar dapat meningkatkan pembelian produk. Dengan system yang terkomputerisasi
dan melalui satelit, Wal-Mart dapat mengontrol pergudangan dan persediaan
mereka. Sehingga Wal-Mart akan dengan cepat menanggapi untuk memesan persediaan
melalui internet kepada pemasok. Maka dari itu, Wal-Mart tidak akan pernah
kehabisan stok namun juga tidak ada stok yang menumpuk. Hal ini merupakan
keunggulan bagi Wal-Mart dibandingkan dengan para pesaingnya.
·
Pada tahun 2005 Wal-Mart mengembangkan
system RFID (Radio Frequency Identify) untuk mengantikan Barcode. Tag RFID
berisi chip yang disertai informasi. Barcode hanya memberikan informasi produk
untukretailer saja, sedangkan RFID membarikan informasi tentang persediaan
suatu produk baik kepada retailer maupun kepada supplier, selain itu RFID juga
menginformasikan keberadaan suatu produk dalam rangkaian supply chain. Dengan
informasi tersebut, supplier tahu kapan mereka harus mengisi ulang kembali
produk mereka di toko. Penggunaan RFID dapat meningkatkan efisiensi supply
chain, mengurangi kosongnya persediaan sautu produk tertentu, mencegah
pencurian dan pemalsuan barang.
b. Saturation
Strategy
Prinsip strategi ini adalah memasok
dari pusat distribusi ke toko-toko yang berada sangat jauh, dalam waktu satu
hari. Letak pusat distribusi sangat strategis, di desain untuk mampu menjangkau
150 – 200 toko dalam satu hari, dan satu jangkaua distribusi. Dengan
menggunakan belt conveyer dan teknik cross-docking Wal-Mart memasok 85% barang
ke toko-tokonya melalui jaringan distribusi mereka sendiri. Saturation strategi
di desain untuk mencegah competitor masuk dan mengisi “Kekosongan” stak
Wal-Mart sambil menerima barang, pada saat yang bersamaan, mengisi order dari
toko Wal-Mart yang lain. Strategi ini sangat efisien dalam menghemat baiaya
distribusi, karena juga beroperasi selama 24 jam penuh.
c. Investasi
Dalam Transportasi Untuk Kepentingan Distribusi
Tentu saja dalam melaksanakan
saturation strategi-nya, Wal-Mart membutuhkan investasi dalam bentuk
transportasi. Wal-Mart memiliki 6.100 truk dan 6.700 pengemudi. Selain itu,
sistem network satelit komunikasi Wal-Mart, memudahkan hubungan (Pemesanan dan
pembelian stock) dengan supplier sehingga pada saat truk dating untuk mengambil
barang, barang telah tersedia full truckload tanpa harus menyimpan di inventori
supplier. Hal ini membuat Wal-Mart menghemat inventory cost-nya.
d. Tidak
Bergantung Pada Satu Vendor
Wal-Mart mengurangi resiko
kehabisan pasokan barang dengan tidak bergantung pada satu vendor saja, dan
tidak ada vendor yang dapat mensuplai barang lebih dari 4% dari total volume
penjualan Wal-Mart.
e. Manajemen
Sumber Daya Manusia
Wal-Mart menawarkan bagi hasil
kepada karyawannya sebagai imbalan atas loyalitas dan pengabdian mereka. Dengan
menggunakan rumus dari pertumbuhan laba, Wal-Mart membarikan konstribusi
persentase dari upah setiap karyawan yang berhak atas bagi hasil, yang dapat
diambil karyawan, saat merek meninggalkan perusahaan, baik berupa uang ataupun
saham Wal-Mart. Dengan begitu, karyawan akan merasa memiliki Wal-Mart dan hal
ini akan mencegah pencurian di toko.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Strategi pemasaran ritel adalah
pemasaran yang mengacu kepada variabel, dimana pedagang eceran dapat
mengkombinasikan menjadi jalan alternatif sebagai suatu strategi pemasaran
untuk dapat menarik konsumen. Variabel tersebut umumnya meliputi faktor
seperti: Variasi barang dagangan dan jasa yang ditawarkan, harga, iklan,
promosi dan tata ruang, desain toko, lokasi toko dan merchanding. Untuk menjaga
kelangsungan hidup serta kemajuan dan keunggulan dalam bisnis eceran yang
semakin kompetitif, maka pengelola bisnis tersebut harus berupaya menerapkan
strategi berupa program bauran penjualan eceran yang diharapkan memunculkan
minat konsumen.
Kompenen produk, harga, tempat dan
promosi atau lebih dikenal dengan 4P (Product, Price, Place And Promotion)
dengan menitik beratkan perhatian yang berbeda-beda pada keempat variabel
tersebut karena tergantung kepada sipembuat keputusan pemasarannya untuk
menyesuaikan dengan lingkungan yang cenderung berubah-ubah yang barusaha untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan dan mencapai tujuan perusahaan, dimana konsep
tersebut berlaku bagi bisnis eceran dengan penekanan pada faktor yang
berlainan.
3.2 Saran
1. Supply Chain Management (SCM)
yang efektif dan efisien yang telah diterapkan oleh Wal-Mart merupakan salah
satu kunci sukses yang harus terus di maintain dan di-reinforce sebagai salah
satu competitive advantage.
2. Cros-Docking dan System
persediaan terkomputerisasi serta pemikiran inovatif dalam transportsai yang
kompleks yang mengharuskan membawa semua pasokan produsen yang berbeda dari
daerah yang berbeda untuk satu lokasi yang rumit sehingga menyebabkan penurunan
biaya yang lebih tinggi.
3. Keberadaan Wal-Mart di
daerah-daerah small rural towns menimbulkan concern dari padagang local,
Wal-Mart yang sempat memutuskan untuk melakukan ekspansi ke bisnis groceries
juga, akan menganggu perekonomian pedagang local tersebut. Maka ketika terjadi
aksi Anti-Wal-Mart pada tahun 2013, Wal-Mart menjamin untuk tidak menjual
grociries lagi. Penulis merekomendasikan Wal-Mart terus melakukan hal tersebut
untuk membantu Wal-Mart mempertahankan value competitive advantage-nya tidak
hanya kepada karyawan dan customers, tapi juga kepada masyarakat di lokasi
toko-toko Wal-Mart.
4. Apabila Wal-Mart tetap bertujuan
ekspansi bisnis groceries ada baiknya jika Wal-Mart dapat bekerjasama dengan
pedagang local dengan mengadakan program bersama yang kreatif. Hal ini juga bertujuan
untuk program CSR Wal-Mart kepada masyarakat sekitar.
DAFTAR
PUSTAKA
Anthony, Robert
N. dan Vijay Govindarajan. 2007. Manajemen Control System,
International Edition, 12th Edition. Singapore: McGraw-Hill
Ma’ruf,
Hendri. 2005. Pemasaran Ritel. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Philip,
Kotler. 2001. Manajemen Pemasaran di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Djaslim,
Saladin. 2006, Manajemen Pemasaran,
Edisi Keempat. Bandung: Linda Karya
Walmart (2013).
Walmart Perusahaan. Tersedia di:
http://corporate.walmart.com/?povid=P1171-C1093.2766-L4
Yglesias, M. di
Slate (2013). Apakah Wal-Mart in Trouble. Tersedia di:
http://www.slate.com/articles/business/moneybox/2013/05/wal_mart_sales_decline_america_s_largest_retailer_is_slipping_as_customers.html
Bisnis Standard
(2013). Walmart kasus lobi 'tertutup'. Tersedia di:
http://www.business-standard.com/article/current-affairs/walmart-lobbying-case-closed-113051700875_1.html
Wikipedia
(2013). Walmart. Tersedia di: http://en.wikipedia.org/wiki/Walmart
Rian Untag Semarang
Penulis: Rian Untag Semarang
Rian Untag Semarang
Penulis: Rian Untag Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar